BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kesehatan pada dasarnya merupakan
bagian dari salah satu unsur tujuan pembangunan nasional, seperti tercantum
dalam paradigma sehat, yaitu “Tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional”. Hal tersebut dapat diwujudkan
dalam pembangunan dibidang kesehatan yang pada hakekatnya menitikberatkan
kepada upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh dan
berkesinambungan.
Mengingat pentingnya peningkatan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, maka pada tanggal 12 Oktober 2000,
Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang aman atau Making
Pregnancy Safer (MPS), sebagai strategi pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010. adapun visi dan misi gerakan nasional kehamilan yang aman dalam
konteks “Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010” adalah :
Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan
aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat, dan misinya adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem
kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, membudayakan wanita, keluarga dan
masyarakan dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari
sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa
definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi
sebelum usia kehamilan 28 minggu.
HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu
ke-16, dinamakan proses plasentasi belum siap.
Ternyata
Monro melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram belum dapat hidup terus.
Jadi definisi tersebut diatas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi dengan berat
badan 700-800 gram dapat hidup, tapi hal ini dianggap sebagai suatu keajaiban.
Makin tinggi berat badan anak waktu lahir, makin besar kemungkinannya untuk
dapat hidup terus (Rustam Mochtar).
2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah
1.
Kelainan
ovum
Menurut HERTIG dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus
spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis ; 3,2% disebabkan
oleh kelainan letak embriio, dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid
vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum, berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelaninan ovum (50-80%)
2.
Kelainan
genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a.
Anomali
kogenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)
b.
Kelainan
letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fisaka
c.
Tidak
sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,
seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa.
d.
Uterus
terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
e.
Distorsio
uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3.
Gangguan
sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,
hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena
lues.
4.
Penyakit-penyakit
ibu
Misalnya pada :
a.
Penyakit
infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti peneumonia, tifoid, pielitis,
rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena
toksin dari ibu atau infasi kuman atau virus pada fetus.
b.
Keracunan
Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain
c.
Ibu yang
asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis.
d.
Malnutrisi,
avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vit A, C atau E,
diabeters melitus.
5.
Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak
darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
6.
Terlalu
cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks, yaitu inkompetensi
serviks, servisitis.
7.
Perangsang
pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi; umpamanya : sangat terkejut,
obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga
karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak langsung karena
instrumen, benda dan obat-obatan.
8.
Penyakit
Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi
kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, pada, dll)
sinar rontgen, avitaminosis
2.3 Parofisiologi
Perubahan patofisiologi dimulai dari
perdarahan pada decidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan
disekitarnya, sehingga hasil konsepsi terlepas sebagian, seluruhnya dari
dinding rahim, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
delapan minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena Vili
korialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna, yang dapat menyebabkan banyaknya perdarahan pada kehamilan
14 minggu keatas. Plasenta yang lengkap terbentuk keluar dari kavum uteri
dengan perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap keluar dan kavum uteri.
2.4 Gejala
Tanda dan gejala klinis yang dapat terjadi :
·
Perdarahan
sedikit atau banyak, sampai terjadi anemis
·
Sudah
ada keluar fetus atau jaringan
·
Amenorhoe,
sakit perut, mules-mules
·
Dapat
terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi.
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) :
·
Kanalis
servikalis terbuka
·
Dapat
diraba jaringan dalam rahim atau di kanalis servikalis
·
Kanalis
servikalis tertutup dan perdarahan terus berlangsung
·
Dengan
pemeriksaan sonde, perdarahan bertambah.
2.5 Kompilasi
a.
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan tepat pada
waktunya.
b.
Perforasi
Perforasi sering terjadi pada dilatasi dan kuretasi. Jika terjadi
perforasi, maka penderita perlu diobservasi, jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparatomi.
c.
Infeksi
Terjadi apabila penanganan abortus tanpa memperhatikan
sterilisasi.
d.
Syock
Dapat terjadi karena perdarahan atau karena infeksi berat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa
definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi
sebelum usia kehamilan 28 minggu.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah
1.
Kelainan
ovum
2.
Kelainan
genetalia ibu
3.
Gangguan
sirkulasi plasenta
4.
Penyakit-penyakit
ibu
5.
Antagonis Rhesus
Terlalu cepatnya korpus
luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks
Perangsang pada ibu yang
menyebabkan uterus berkontraksi
Penyakit Bapak : umur
lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi kordis,
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian............................................................................................................ 2
2.2 Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)............................................................ 3
2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)........................................................ 4
2.4 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar
(Herpes).................................. .... 4
2.5 Virus Penyebab Penyakit Herpes........................................................................ 5
2.6 Komplikasi Herpes Pada Organ Tubuh............................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 8
3.2 Saran................................................................................................................... 8
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar