Jumat, 07 September 2012

ABORTUS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kesehatan pada dasarnya merupakan bagian dari salah satu unsur tujuan pembangunan nasional, seperti tercantum dalam paradigma sehat, yaitu “Tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional”. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam pembangunan dibidang kesehatan yang pada hakekatnya menitikberatkan kepada upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh dan berkesinambungan.


Mengingat pentingnya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, maka pada tanggal 12 Oktober 2000, Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang aman atau Making Pregnancy Safer (MPS), sebagai strategi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. adapun visi dan misi gerakan nasional kehamilan yang aman dalam konteks “Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010” adalah : Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat, dan misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, membudayakan wanita, keluarga dan masyarakan dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu.
HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dinamakan proses plasentasi belum siap.
Ternyata Monro melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram belum dapat hidup terus. Jadi definisi tersebut diatas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi dengan berat badan 700-800 gram dapat hidup, tapi hal ini dianggap sebagai suatu keajaiban. Makin tinggi berat badan anak waktu lahir, makin besar kemungkinannya untuk dapat hidup terus (Rustam Mochtar).

2.2  Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah
1.      Kelainan ovum
Menurut HERTIG dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis ; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embriio, dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum, berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelaninan ovum (50-80%)
2.      Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a.       Anomali kogenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)
b.      Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fisaka
c.       Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa.
d.      Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
e.       Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3.      Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
4.      Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
a.       Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti peneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau infasi kuman atau virus pada fetus.
b.      Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain
c.       Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis.
d.      Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vit A, C atau E, diabeters melitus.
5.       Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
6.      Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks, servisitis.
7.      Perangsang pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi; umpamanya : sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.
8.      Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, pada, dll) sinar rontgen, avitaminosis

2.3  Parofisiologi
Perubahan patofisiologi dimulai dari perdarahan pada decidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan disekitarnya, sehingga hasil konsepsi terlepas sebagian, seluruhnya dari dinding rahim, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan delapan minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena Vili korialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna, yang dapat menyebabkan banyaknya perdarahan pada kehamilan 14 minggu keatas. Plasenta yang lengkap terbentuk keluar dari kavum uteri dengan perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta segera terlepas dengan lengkap keluar dan kavum uteri.

2.4  Gejala
Tanda dan gejala klinis yang dapat terjadi :
·         Perdarahan sedikit atau banyak, sampai terjadi anemis
·         Sudah ada keluar fetus atau jaringan
·         Amenorhoe, sakit perut, mules-mules
·         Dapat terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi.
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) :
·         Kanalis servikalis terbuka
·         Dapat diraba jaringan dalam rahim atau di kanalis servikalis
·         Kanalis servikalis tertutup dan perdarahan terus berlangsung
·         Dengan pemeriksaan sonde, perdarahan bertambah.

2.5  Kompilasi
a.       Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan tepat pada waktunya.
b.      Perforasi
Perforasi sering terjadi pada dilatasi dan kuretasi. Jika terjadi perforasi, maka penderita perlu diobservasi, jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi.
c.       Infeksi
Terjadi apabila penanganan abortus tanpa memperhatikan sterilisasi.
d.      Syock
Dapat terjadi karena perdarahan atau karena infeksi berat.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah
1.      Kelainan ovum
2.      Kelainan genetalia ibu
3.      Gangguan sirkulasi plasenta
4.      Penyakit-penyakit ibu
5.       Antagonis Rhesus
Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks
Perangsang pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi kordis,



DAFTAR PUSTAKA



� q#= m h� p� ont-weight:normal'>Daftar isi................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2  Tujuan Penulisan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  pengertian............................................................................................................ 2
2.2  Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)............................................................ 3
2.3  Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)........................................................ 4
2.4  Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes).................................. .... 4
2.5  Virus Penyebab Penyakit Herpes........................................................................ 5
2.6  Komplikasi Herpes Pada Organ Tubuh............................................................... 6

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan......................................................................................................... 8
3.2  Saran................................................................................................................... 8


ii
 
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar