Jumat, 07 September 2012

FILSAFAT ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.


Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam[1].
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.

2.2  Sejarah Timbulnya Filsafat Islam
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Alexander Agung datang dengan tidak menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini telah memunculkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di wilayah Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bactra di Persia.
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab. Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahan pusat.
Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani berikut dengan sistem pengobatannya. Tetapi kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman Khalifah Al-Makun (198-218 H/813-833 M)[2].
Usaha penerjemahan tersebut berlangsung selama tidak kurang dari satu setengah abad di zaman klasik Islam (abad ke-1 hingga abad ke-7 H). Dan berlangsung secara besar-besaran di Baghdad sejak masa pemerintahan Al-Mansur (137-159 H/754-775 M), serta mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Al-Makmun.
Bahkan di masa Harun Ar-Rasyid, utusan khusus dikirim ke Kerajaan Romawi untuk mencari manuskrip yang kemudian dibawa ke Baghdad untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Usaha ini telah menghasilkan tersedianya buku-buku berbahasa Arab dalam jumlah banyak di perpustakaan-perpustakaan, baik yang dibangun para penguasa Muslim maupun yang dibangun para hartawan.
Ketersediaan buku-buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan Muslim untuk berkenalan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan Majusi pada masa-masa sebelum munculnya Islam.
Kegiatan penerjemahan dalam perkembangan berikutnya, telah memunculkan tiga kelompok ahli ilmu pengetahuan. Pertama, mereka yang memusatkan perhatian pada cabang-cabang ilmu pengetahuan saja. Kelompok pertama ini disebut para ilmuwan.
Kedua, mereka yang selain mengkaji dan mengembangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan, juga memusatkan perhatian pada bidang filsafat. Kelompok kedua dinamakan para filsuf. Ketiga, yakni mereka yang berupaya menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dan filsafat untuk keperluan berteologi. Kelompok yang terakhir ini disebut para teolog.
Ilmu filsafat dalam Islam pertama kali muncul dan berkembang di wilayah-wilayah Islam belahan timur, terutama di Baghdad. Baru tiga abad kemudian, ilmu filsafat ini berkembang luas di dunia Islam belahan barat yang berpusat di Cordoba (Spanyol)[3].
Keterlambatan tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa buku-buku yang dihasilkan di dunia Islam belahan timur baru masuk secara besar-besaran ke dunia Islam belahan barat sejak paruh kedua abad ke-4 H, dengan dorongan dan bantuan dari pihak penguasa, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Hakam II (350-366 H/937-953 M) di Andalusia.
Berkembangnya ilmu filsafat di dunia Islam ini pada akhirnya telah melahirkan sejumlah filsuf terkenal dari kalangan Muslim. Mereka antara lain Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.
Dengan memanfaatkan materi filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aristoteles, Pitagoras, Demokritos dan Plotinus, serta berpegang teguh pada ajaran Alquran dan hadits Nabi SAW, para filsuf Muslim membangun satu corak filsafat baru yang kini dikenal sebagai filsafat Islam. Dan karena dihasilkan dalam zaman klasik Islam, maka filsafat mereka sering disebut dengan filsafat klasik Islam.

2.3  Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
Tokoh Filsafat Islam, diantranya adalah :
1.      Al Ghazali,
2.      Al Farabi, dan
3.      Ibn Sina
1. Al Ghazali :
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, lahir di Thus, Persi, 1059. karya-karyanya diantaranya adalah Maqasid al Falasifa (Maksud Filsafat) dan Tahasut Al Falasifa (kerancuan filsafat) karya ini menyerang secara sarkasme terhadap filosof. Latar belakangnya adalah kecenderungan para filsafat menjadi pemikir bebas yang cenderung menolak paham Islam dan mengabaikan dasar ritual ibadat yang menurut mereka tidak pantas bagi pencapaian intelektual. Tahun 1095 Al Ghazali mengalami krisis pribadi, kemudian keluar dari jabatan guru besar sebagian menyebut beliau adalah Rektor Universitas dan meninggalkan Baghdad, kemudian menjalani hidup Sufi dan merantau ke Damaskus, Kairo, Mekah dan Madinah. Setelah berhasil mengatasi krisis, mulai menulis karya Sufistik -Ihya Ulum Al Din (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), ini adalah kitab moral terbesar dan karya Master Piece-nya. Al Ghazali walaupun Sufi dari literatur tidak tercatat bahwa beliau merupakan anggota salah satu tarekat. Ada tharekat Al Ghazaliyah.. didirikan oleh pengikutnya bukan didirikan oleh Al Ghazali sendiri secara langsung. Al Ghazali dianggap para sarjana latin seperti AL Farabi dan Ibnu Sina sebagai filosof peri-patetik dan Neo Platonis.

2. Al Farabi
Al Farabi adalah filosof terbesar muslim Neo Platonis pertama yang besar dan dijuluki guru kedua (al Muallim Al Tsani) wafat. 950 M. Guru pertAmanya adalah Aristoteles (Al Muallim Al Awwal). Menurut Ibna Sina, bahwa Al Farabilah yang membantu Ibnu Sina memahami ajaran metafisika Aristoteles. Al Farabi lahir di Desa Wasij wilayah Farab - Persia, tahun 870M. Al Farabi juga disebut-sebut sebagai musikus handal. Kitabmusik karyanya Buku Besar Tentang Musik (Kitab Al Musiq Kabir)[4].

3. Ibn Sina
Ibn Sina (980-1037), Ibn Sina adalah filosof dan ahli kedokteran. Sepeti filosof lain pada jamannya ia percaya bahwa manusia punya tubuh dan jiwa. Ibn Sina membagi tiga bagian jiwa manusia : Jiwa alami (nabati), jiwa hewani (hayawani) dan jiwa rasional, Tiap bagiannya mempunyai tujuannya (entelechy) masing-masing dan mengatur daya-daya yang melakukan khusus. Buku-buku karangan Ibn Sina kebanyakan tentang ilmu kedokteran diantaranya yang populer : Al Qanun fi al Tibb (buku kedokteran ditulis 14 jilid, ditulis saat usia 16 tahun)[5].

A.    Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Zaman Kejayaan Islam
Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka. Periode antara 750 M dan 1100 M adalah abad masa keemasan dunia Islam. Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab Peripatetik.

1.      Al Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles  seperti Categories, Hermeneutics, First, dan Second Analysis telah diterjemahkan Al Farabi ke dalam bahasa Arab. Al Farabi telah membicarakan berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif. Di samping itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar Guru Pertama diberikan kepada Aristoteles.Kontribusi lain dari Al Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al Farabi telah memberikan defenisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya. Al Farabi mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang yaitu: logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqih (hukum)[6].
2.      Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku teks (text book) dalam ilmu kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. Pemberian obat hendaknya disesuaikan dengan kekuatan penyakit.Kitab lainnya berjudul Al Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud) di Toledo. Oleh karena Al Shifa sangat tebal, maka bagian yang diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika, dan  De Anima. Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat teoretis dan bagian yang bersifat praktis. Bagian yang bersifat teoretis meliputi: matematika, fisika, dan metafisika, sedang bagian yang bersifat praktis meliputi: politik dan etika.Ibnu Sina, mengatakan alam pada dasarnya adalah potensi (mumkin al wujud) dan tidak mungkin bisa mengadakan dirinya sendiri tanpa adanya Tuhan. Ibnu Sina mengelompokkan ilmu dalam tiga macam yakni:
·         obyek-obyek yang secara niscaya tidak berkaitan dengan materi dan gerak (metafisik),
·         obyek-obyek yang senantiasa berkaitan dengan materi dan gerak (fisika),
·         obyek-obyek yang pada dirinya immateriel tetapi kadang melakukan kontak dengan materi dan gerak (matematika).
Dalam bidang ilmu farmakologi dan medis dikenal karya Ibnu Sina yakni Al Qanun fi al Thibb dan Al Hawi oleh Abu Bakr Al Razi, bidang nutrisi dikenal karya Ibn Bathar yakni Al Jami Li Mufradat Al Adawiyyah wa Al Aghdziyah, di bidang zoologi dikenal karya Al Jahizh yang berjudul Al Hayawan dan Hayat Al Hayawan oleh Al Damiri. Di Andalusia terkenal seorang ahli bedah muslim, Ibn Zahrawi yang telah mencitakan ratusan alat bedah yang sudah sangat maju untuk ukuran zamannya[7].
3.      Ibn Khaldun dalam kitabnya Al Muqaddimah membagi metafisika dalam lima bagian. Bagian pertama berbicara tentang hakikat  wujud (ontologi). Dari sini muncul dua aliran besar yakni eksistensialis (tokoh yang terkemuka adalah Ibnu Sina dan Mhulla Shadra) dan esensialis (tokoh yang terkemuka adalah Syaikh Al Israq, Suhrawardi)[8]. Berikutnya Ibn Khaldun membagi ilmu matematika ke dalam empat subdivisi yakni
·         geometri; trigonometrik dan kerucut, surveying tanah, dan optik. Sarjana muslim terutama Ibn Haitsam telah banyak mempengaruhi sarjana barat termasuk Roger Bacon, Vitello dan Kepler
·         Aritmetika; seni berhitung/hisab, aljabar, aritmatika bisnis dan faraid (hukum waris),
·         musik,
·         astronomi.
4.      Albiruni, dikenal dalam bidang ilmu mineral, dikenal karya Al Biruni yang berjudul Al Jawahir (batu-batu permata), selain itu pada abad ke-11 Al Biruni dikenal sebagai The master of observation di bidang geologi dan geografi karena Al Biruni berusaha mengukur keliling bumi melalui metode eksperimen dengan menggabungkan metode observasi dan teori trigonometri. Akhirnya ia sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.778,5 mil dengan diameter 7.878 mil. Tentu saja ini merupakan penemuan luar biasa untuk masa itu, dengan ukuran modern saja yaitu  24.585 mil (selisih ± 139 mil) dengan diameter 7.902 mil.
5.      Al Kindi, filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu Al Nadhim mendudukkan Al Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping sebagai penerjemah, Al Kindi menulis juga berbagai makalah. Ibnu Al Nadhim memperkirakan ada 200 judul makalah yang ditulis Al Kindi dan sebagian di antaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al Kindi sangat masyhur di Eropa pada abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin ke dalam bahasa Latin di Eropa berjudul De Aspectibus berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron, dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
6.      Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol, meskipun seorang dokter dan telah mengarang buku ilmu kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof. Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai Aristoteles, yaitu: komentar besar, komentar menengah, dan komentar kecil. Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam tiga bahasa: Arab, Latin, dan Yahudi. Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite karya Aristoteles dengan bahasa Arab dan memberikan komentar pada bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut Aritoteles sebagai Magister Digit, sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu Rushd.Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemuka­pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al Kindi dalam bukunya Falsafah El Ula (First Philosophy). Al Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai (Haeruddin, 2003).

B.     Tokoh Filsafat Islam Kontemporer
Tradisi Filsafat Islam masih sangat banyak hidup saat ini, meskipun keyakinan di kalangan Barat banyak tradisi ini berhenti setelah masa keemasan[9].
Dalam Lahan Islam kontemporer, ajaran hikmat atau hikmah berkembang terus.

1.      Ayatullah Ruhullah Khomeini, pendiri Rebublic Islam Iran, adalah seorang guru terkenal dari sekolah filsafat Hikmat-ul-Mutaliya. Sebelum kemenangan Revolusi Islam, ia adalah salah satu dari sedikit orang yang secara resmi mengajar filsafat di Seminari Agama di Qum. Iran علامه طباطبائى atau Allameh Tabatabaei, penulis sejumlah karya termasuk komentar dua puluh tujuh jilid Quran Al-Mizan (الميزان),
2.      Buya Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amirullah adalah seorang penulis terkemuka Indonesia, politisi ulama, pemikir filosofis, dan penulis Tafir Al Azhar. Dia adalah Ketua majelis Ulama Indonesia (MUI). Beliau mengundurkan diri ketika fatwanya kepada kaum  Muslimin untuk tidak merayakan Natal  dikutuk oleh rezim Suharto. Buya Hamka tidak  hanya sebagai seorang sarjana dan penulis di negaranya, tapi ia juga sangat dihargai di Malaysia dan Singapura.
3.      Murtaza Muthahhari, mahasiswa terbaik dari Allamah Tabatabai, seorang martir dari Revolusi Islam Iran, dan penulis sejumlah buku (sebuah kompilasi lengkap dari karya-karyanya terdiri dari 25 volume). Dia, seperti Allamah Tabatabai nya guru dan Ayatullah Khomeini, termasuk sekolah-sekolah filosofis Hikmat-ul-Mutaliya
4.      Sayyid Abul Ala Maududi, yang dikreditkan dengan menciptakan pemikiran politik modern Islam di abad ke-20, adalah pendiri dari “Jamaah e Islami” dan menghabiskan hidupnya dalam upaya untuk menghidupkan kembali Tradisi Intelektual Islam.
5.      DR. Israr Ahmed, (April 26, 1932 – April 14, 2010) adalah seorang teolog Islam Pakistan diikuti khususnya di Asia Selatan dan juga di antara diaspora Asia Selatan di Timur Tengah, Eropa Barat, dan Amerika Utara Lahir. di Hissar, (sekarang  Haryana) di India, putra kedua dari seorang pegawai pemerintah, dia adalah pendiri Tanzeem-e-Islami, dan jebolan dari amaat-e-Islami.A great Scholar of Islam and Quran.
6.      Muhammad Hamidullah (9 Februari 1908 – 17 Desember 2002) adalah  keluarga sarjana, ahli hukum, penulis, dan sufi. Dia adalah seorang sarjana terkenal di dunia Islam dan Hukum Internasional dari India, yang dikenal untuk kontribusi untuk penelitian tentang sejarah Hadis, terjemahan Alquran, kemajuan pembelajaran Islam, dan penyebaran ajaran Islam di Barat dunia.
7.      Fazlur Rahman adalah seorang profesor pemikiran Islam di University of Chicago
8.      Wahid Hasyim Indonesia pertama menteri urusan agama. Mantan Ketua Nahdatul  Ulama Indonesia  dan Universitas Islam  di Indonesia.  ide yang dikenal adalah reformasi kurikulum Madrasah.
9.      Seyyed Hossein Nasr.
10.  Imran Nazar Hosein Author of Jerusalem in the Quran
11.  Javed Ahmad Ghamidi adalah seorang sarjana terkenal Islam Pakistan, Ahli tafsir, dan pendidik.


2.4  Aliran-Aliran Filsafat Islam
Pada umumnya terdapat empat aliran-aliran besar dalam sejarah Filsafat Islam[10].
Filsafat taklidiah-Seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibn Rusyd. Mereka mengalami dan mempelajari filsafat Yunani dengan tekun dan mengambil studi beberapa karya-karya penting khususnya dari Aristoteles dan Plato serta melakukan kritik terhadap para filsuf Yunani tersebut.Ini berarti mereka tidak menjadikan filsafat Yunani sebagai sumber referensi asal tetapi menggunakan Al-quran sebagai sumber utama kemudian berusaha mencari titik pertemuan antara kedua sumber tersebut.Tetapi mereka tidak mengambil filsafat Yunani secara taklid buta bahkan memelihara konten-konten sumber utama mereka yaitu Al-quran.
·         Imu Kalam,
·         Ilmu Fiqh dan
·         Ilmu Tasawwuf.
Filsafat Islam Hakekatnya bersumber dari wahyu sebagai inti dan akal sebagai pendukungnya. Aliran ini muncul menyusul dari pergolakan internal dikalangan umat Islam sendiri setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW disamping reaksi terhadap pengaruh filsafat Yunani dan peradaban asing terhadap umat Islam. Dengan perkembangan baru seperti ini timbullah berbagai perubahan terutama perubahan pemikiran yang membentuk berbagai mazhab dan aliran tertentu.

Menurut Kartanegara (2006) dalam filsafat Islam ada empat aliran yakni:
Ø  Filsafat Islam Peripatetik (memutar atau berkeliling) merujuk kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi (w.1274).
Ø  Filsafat Islam Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Aliran ini memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif (irfani). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. Baginya Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al anwar), cahaya di atas cahaya.
Ø  Filsafat Islam, Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
Ø  Filsafat Islam, Aliran Hikmah Muta’aliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorang filosof syi’ah yakni Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra yaitu seorang filosof yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.

Dalam pandangan Filsafat Islam, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa ada hubungan dan kekuasaan ilahi. Mempelajari alam berarti akan mempelajari  ciptaannya. Dengan demikian penelitian alam semesta (jejak-jejak ilahi) akan mendorong kita untuk mengenal ilahi dan semakin mempertebal keyakinan terhadapnya. Fenomena alam bukanlah realitas-realitas independen melainkan tanda-tanda Allah SWT. Fenomena alam adalah ayat-ayat yang bersifat qauniyyah, sedangkan kitab suci ayat-ayat yang besifat qauliyah. Oleh sebab  itu ilmu-ilmu agama dan umum menempati posisi yang mulia sebagai obyek ilmu.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir
DAFTAR PUSTAKA


Bagir, Haidar, 2005, Buku Saku Filsafat Islam, Penerbit Arasy, PT Mizan Pustaka, Bandung.

Chalmers A. F. 1983. Apa Itu yang Dinamakan Ilmu/Suatu Penelitian tentang Watak dan Status Ilmu serta Metodenya. Terjemahan Redaksi Hasta Mitra. Jakarta.


http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/08/lz29wm-sejarah-munculnya-filsafat-islam-2habis

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/08/lz29pq-sejarah-munculnya-filsafat-islam-1
http://www.jaringankomputer.org/filsafatislam-dan-tokoh-aliran-filsafatislam/
http://www.mail-archive.com/tasawuf@server03.abangadek.com/msg00017.html



DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................        i
Daftar Isi.....................................................................................................        ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakng........................................................................................        1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Filsafat Islam.......................................................................        2
2.2  Sejarah Timbulnya Filsafat Islam..........................................................        2
2.3  Tokoh-Tokoh Filsafat Islam..................................................................        4
A.  Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Zaman Kejayaan Islam....................        5
B.  Tokoh Filsafat Islam Kontemporer...............................................        9
2.4  Aliran-Aliran Filsafat Islam..................................................................        11


BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan...........................................................................................        13

ii
 
Daftar Pustaka


[1] Taufiq Abdulloh (e d.), Islam di Indonesia, [Jakarta: Tirtamas,1994], hlm.79.
[2] Bagir, Haidar, 2005, Buku Saku Filsafat Islam, Penerbit Arasy, PT Mizan Pustaka, Bandung.
[3] Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1
[4] H. Zaenal Abidin Ahmad, Ibnu Siena (Avecenna) Sarjana dan Filosuf Dunia, (Bulan Bintang), 1949, hal. 49
[5] Dr. Ahmad Daudy, MA, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), 1986, hal. 60
[6] Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), 1996, hal. 115, Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Pustaka Firdaus, hal. 65
[7] Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta : Al-Amin Press). 1997, hal. 47 - 51
[8] Harun Nasution, Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, jilid II, (jakarta : UI), 1986, hal. 51
[9] Ahmad Daudy, Segi - Segi Pemikiran Falsafi dalam Islam, (Jakarta : Bula Bintang), 1984, hal. 42
[10] Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, (Kairo, Mesir, Matba’ah al-Qahirah, 1903), hlm 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar